Panduan Lengkap Fermentasi Kohe Menjadi Pupuk Organik Berkualitas

Pendahuluan

Dalam dunia pertanian berkelanjutan, penggunaan pupuk organik dari limbah kotoran hewan (kohe) semakin diminati. Kohe dari sapi, kambing, dan ayam mengandung unsur hara esensial yang penting bagi kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Namun, penggunaan kohe mentah berisiko menimbulkan penyakit, bau tidak sedap, serta memicu pertumbuhan gulma. Oleh karena itu, fermentasi menjadi langkah penting untuk menjadikannya aman dan efektif sebagai pupuk.

Artikel ini menyajikan panduan praktis fermentasi kohe sapi, kambing, dan ayam, lengkap dengan bahan, alat, langkah teknis, serta ciri pupuk matang. Informasi ini dirangkum dari praktik lapangan serta beberapa referensi teknis seperti Balai Penelitian Tanah dan publikasi Dinas Pertanian.


Komposisi Nutrisi dan Karakteristik Tiap Jenis Kohe

Sebelum membahas proses fermentasi, penting untuk mengenal karakteristik masing-masing kohe:

Jenis KoheKandungan Nitrogen (N)Kandungan Fosfor (P)Kandungan Kalium (K)Keterangan
SapiRendah (0.6–0.9%)Rendah (0.2–0.3%)Sedang (0.5–0.6%)Kandungan air tinggi, mudah didapat, perlu fermentasi lebih lama.
KambingSedang (1.0–1.4%)Tinggi (0.3–0.5%)Tinggi (0.8–1.2%)Lebih kering, cepat panas, fermentasi cepat.
AyamTinggi (1.5–2.5%)Tinggi (1.0–1.8%)Tinggi (0.8–1.5%)Sangat panas, wajib fermentasi, jika tidak bisa ‘membakar’ tanaman.

Sumber: FAO Soil Bulletin 40, Dinas Pertanian Jabar (2022)


Manfaat Fermentasi Kohe

Fermentasi bukan sekadar mengurangi bau. Ia membantu:

  • Menonaktifkan bibit penyakit (bakteri patogen, telur cacing)

  • Menurunkan kadar amonia yang beracun bagi akar tanaman

  • Meningkatkan ketersediaan unsur hara

  • Memperbaiki rasio C/N (karbon/nitrogen) agar mikroba tanah bekerja optimal

  • Mengikat nutrien agar tidak mudah hilang saat hujan


Bahan dan Alat yang Dibutuhkan

Bahan-bahan berikut dapat digunakan untuk fermentasi semua jenis kohe, dengan perbandingan yang sama:

Bahan:

  • 5 karung kohe segar (ayam/kambing/sapi, atau campuran)

  • 4 genggam urea (opsional, sebagai sumber nitrogen tambahan)

  • 2 genggam gula merah/gula pasir/molase

  • 20 tutup botol EM4 Pertanian (kemasan kuning)

  • 50 liter air bersih

Alat:

  • Ember besar (minimal 50 liter)

  • Drum plastik atau tong fermentasi

  • Terpal

  • Sprayer/gembor

  • Sekop/cangkul


Langkah-langkah Fermentasi Kohe

1. Siapkan Dekomposer (Starter)

Larutkan:

  • 20 tutup EM4

  • 2 genggam gula merah

  • 4 genggam urea (opsional)
    ke dalam 50 liter air bersih. Aduk hingga larut, lalu diamkan ±15 menit agar bakteri aktif.

Catatan: Gula adalah makanan bagi mikroorganisme EM4, sedangkan urea membantu menyeimbangkan rasio C/N pada bahan organik berkarbon tinggi (misalnya jerami).

2. Sortir dan Gemburkan Kohe

Pisahkan kohe dari benda asing seperti plastik, batu, atau logam. Kohe yang menggumpal perlu dihancurkan agar permukaannya lebih luas dan mudah terurai.

3. Campurkan dan Basahi

Sebar kohe di atas terpal, kemudian siram larutan EM4 sedikit demi sedikit sambil diaduk. Tujuannya agar kelembaban merata. Jangan terlalu basah; cukup lembap seperti spons diperas.

Jika bahan terlalu kering → tambahkan sedikit air.
Jika terlalu basah → tambahkan serbuk gergaji, sekam padi, atau jerami kering.

4. Fermentasi Tertutup

Masukkan campuran kohe ke dalam drum plastik besar, bisa dilapisi kantong plastik hitam agar gas fermentasi tidak bocor. Tutup rapat.

Setiap 5–7 hari, buka sebentar untuk membuang gas (proses aerasi pasif).

๐Ÿ•’ Lama fermentasi:

  • Kohe ayam: 3–4 minggu

  • Kohe kambing: 3 minggu

  • Kohe sapi: 4–5 minggu


Ciri-Ciri Pupuk Organik yang Sudah Matang

Berikut indikator bahwa fermentasi berhasil:

Bau netral (tidak menyengat, tidak amis)
Tekstur kering dan remah (tidak menggumpal)
Suhu normal (tidak panas saat dipegang)
Tidak berjamur berlebihan
Warna menggelap seperti tanah humus


Tips dan Variasi

  • ๐ŸŒฟ Tambah bahan hijau seperti daun gamal, lamtoro, atau kacang-kacangan cincang untuk memperkaya nitrogen.

  • ๐Ÿ”„ Kombinasi kohe (ayam + sapi atau kambing + ayam) bisa menghasilkan rasio C/N ideal dan mempercepat fermentasi.

  • ๐Ÿงช Uji C/N rasio idealnya sekitar 25:1 agar kompos tidak "mencuri" nitrogen dari tanaman saat diaplikasikan.


Efek Pupuk Organik Fermentasi Terhadap Tanah dan Tanaman

Penggunaan pupuk organik fermentasi dari kohe terbukti mampu:

  • Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah

  • Menyuburkan lahan jenuh kimia

  • Menjaga kelembaban tanah

  • Memperbaiki struktur tanah (terutama tanah liat berat)

  • Menurunkan kebutuhan pupuk kimia hingga 50%

Menurut penelitian oleh Balai Penelitian Tanah (BPT, 2018), penggunaan pupuk kandang fermentasi meningkatkan hasil panen sayuran (cabai, tomat, sawi) hingga 30–50% dibanding kontrol tanpa pupuk organik.


Penutup

Fermentasi kotoran hewan menjadi pupuk organik adalah salah satu solusi terbaik bagi petani dalam menekan biaya produksi, memperbaiki kualitas tanah, dan meningkatkan produktivitas tanaman secara berkelanjutan. Dengan teknik yang benar, semua jenis kohe—baik ayam, kambing, maupun sapi—dapat diubah menjadi pupuk berkualitas tinggi.

Mari manfaatkan potensi besar dari limbah ternak ini demi pertanian yang lebih sehat, mandiri, dan ramah lingkungan.


๐Ÿ“š Referensi

  1. FAO Soil Bulletin 40: “The Use of Organic Materials in Soil”

  2. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Panduan Pupuk Organik Mandiri, 2022

  3. Balai Penelitian Tanah, “Kompos dari Limbah Ternak”, 2018

  4. EM4 Official Product Guide, PT Songgolangit Persada

  5. Sukartono et al., Pengaruh Pupuk Kandang Fermentasi terhadap Kesuburan Tanah, Jurnal Agroteknologi, 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mana yang Lebih Unggul: Pupuk Kandang dari Ayam, Sapi, atau Kambing?

Pembenah Tanah Alami: Inovasi Ramah Lingkungan untuk Kesuburan Lahan Pertanian

๐ŸŒฑ Resep Larutan Penyubur Tanah Alami: Nutrisi Organik & Mikroba Pengurai Superaktif