๐ฑ Resep Larutan Penyubur Tanah Alami: Nutrisi Organik & Mikroba Pengurai Superaktif
Dalam dunia pertanian organik, kunci utama kesuburan tanah terletak bukan hanya pada pupuk, tetapi juga pada keseimbangan nutrisi dan aktivitas mikroba tanah. Salah satu cara terbaik untuk mencapainya adalah dengan membuat larutan fermentasi alami, yang berfungsi sebagai penyubur tanah sekaligus sumber mikroba pengurai.
Resep berikut menggunakan bahan-bahan lokal seperti kohe ayam, keong, buah afkir, arang, dan air kelapa, yang diformulasikan khusus untuk menciptakan bioaktivator multifungsi. Yuk, simak cara membuatnya!
๐งช Komposisi Bahan: Apa Saja yang Dibutuhkan?
Berikut bahan-bahan utama dan fungsinya dalam larutan ini:
-
2 karung kohe ayam
→ Sumber nitrogen dan mikroorganisme alami dari kotoran ternak fermentasi -
20 kg keong, bekicot, atau ikan afkir
→ Protein dan kalsium tinggi untuk menyuburkan tanah dan memicu mikroba pengurai -
20 kg buah afkir
→ Sumber gula dan nutrisi karbon untuk bahan bakar fermentasi -
5 kg arang
→ Penyerap racun, menjaga kelembaban, dan habitat bagi mikroba -
1 kg seresah, akar bambu, dan tanah perakaran bambu
→ Sumber mikroorganisme hutan dan jamur mikoriza alami -
50 liter air kelapa (atau air bersih + 1 kg tepung beras)
→ Sumber elektrolit, vitamin, dan karbohidrat sebagai nutrisi mikroba -
2 kg abu bakaran kayu
→ Kaya akan kalium dan mineral esensial
๐ง๐ฌ Langkah-Langkah Pengolahan
Ikuti proses berikut untuk mendapatkan larutan fermentasi berkualitas tinggi:
1. Persiapan Karung Kohe
-
Tusuk-tusuk karung kohe ayam di beberapa titik agar sirkulasi cairan tetap terjadi.
-
Masukkan ke dalam wadah drum 200 liter sebagai "inti" dari fermentasi.
2. Tambahkan Protein Hewani
-
Cacah halus keong, bekicot, atau ikan afkir.
-
Masukkan ke dalam drum, di atas karung kohe.
3. Masukkan Buah-Buahan
-
Cincang buah afkir dan tambahkan ke dalam wadah fermentasi.
4. Tambahkan Arang dan Abu
-
Masukkan arang dan abu kayu untuk menyeimbangkan pH dan menyerap racun amonia.
5. Masukkan Mikroba Hutan
-
Bungkus seresah, akar bambu, dan tanah perakaran bambu dengan kain kasa atau jaring waring.
-
Masukkan bungkusan ini ke dalam drum.
6. Cairan Pemacu Fermentasi
-
Tuangkan 50 liter air kelapa. Jika tidak ada, campurkan air bersih + 1 kg tepung beras.
-
Aduk hingga seluruh bahan tercampur merata dan homogen.
⏳ Proses Fermentasi: Biarkan Mikroba Bekerja
-
Fermentasi dilakukan secara anaerob (tanpa oksigen) selama 21 hari.
-
Pasang selang aerator di tutup drum untuk membuang gas tanpa harus membuka-tutup wadah.
-
Hindari kontak langsung dengan udara agar proses tidak terkontaminasi oksigen.
๐งช Cara Aplikasi Larutan
Larutan fermentasi ini bisa digunakan dalam beberapa cara:
๐น Penyemprotan (Spray Foliar)
-
Dosis: 700–1500 PPM
-
Aplikasikan ke daun tanaman untuk menambah unsur mikro dan meningkatkan daya tahan tanaman.
๐น Pengocoran ke Akar
-
Dosis: 1500–2000 PPM
-
Siram langsung ke pangkal tanaman untuk memperbaiki struktur tanah dan mempercepat pertumbuhan akar.
๐น Olah Lahan
-
Siram ke permukaan tanah sebelum tanam untuk meningkatkan populasi mikroba tanah dan memperbaiki tekstur lahan.
✅ Catatan: Larutan ini juga bisa dicampur dengan pupuk kimia saat aplikasi di lapangan, asalkan tetap sesuai dosis dan takaran aman.
๐ฟ Keunggulan Larutan Ini
-
๐งฌ Kaya mikroba alami dari bambu dan kohe ayam
-
๐ฅ Fermentasi anaerob meminimalkan bau dan memaksimalkan efektivitas
-
๐ Ramah lingkungan, memanfaatkan limbah organik
-
๐ธ Ekonomis, karena menggunakan bahan lokal yang mudah ditemukan
-
๐งช Dapat disimpan lama, asalkan tertutup rapat dan tidak terkontaminasi
๐ Penutup: Kembali ke Alam, Menuju Tanah yang Sehat
Pupuk kimia memang memberikan hasil cepat, tapi tanah yang sehat memerlukan kehidupan di dalamnya — mikroba, nutrisi organik, dan keseimbangan hayati. Larutan ini bukan hanya memberi makan tanaman, tetapi memberi makan tanah itu sendiri.
Cobalah buat dan gunakan di kebun atau sawah Anda. Dengan perawatan organik seperti ini, Anda sedang membangun masa depan pertanian yang lestari dan berdaulat.
๐พ “Hidupkan tanahmu, maka tanahmu akan menghidupimu.”
Komentar
Posting Komentar