Kotoran Ternak sebagai Pupuk: Sumber Nutrisi Alami untuk Pertanian Berkelanjutan

 

Dalam dunia pertanian organik dan ramah lingkungan, kotoran ternak telah lama dikenal sebagai salah satu bahan utama pupuk alami yang dapat memperbaiki kesuburan tanah secara berkelanjutan. Berasal dari limbah metabolisme hewan ternak, kotoran ini sering kali bercampur dengan bahan alas kandang seperti jerami, sekam, atau rumput kering, menjadikannya kaya akan bahan organik dan nutrisi makro esensial seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)—unsur-unsur penting dalam pertumbuhan tanaman yang biasa dikenal dengan singkatan NPK.

Dalam era modern yang semakin sadar lingkungan, penggunaan pupuk kandang bukan hanya pilihan praktis tetapi juga langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal dan merusak tanah dalam jangka panjang. Artikel ini akan mengupas secara mendalam berbagai jenis kotoran ternak, manfaat spesifiknya, serta cara pengolahan dan penggunaannya secara optimal berdasarkan literatur dan pengalaman praktisi pertanian.


Mengapa Kotoran Ternak?

Kotoran ternak adalah sumber nutrisi organik yang kompleks, mengandung:

  • Nitrogen, yang mendorong pertumbuhan daun dan batang.

  • Fosfor, yang berperan dalam perkembangan akar dan pembentukan bunga/buah.

  • Kalium, yang meningkatkan kekebalan tanaman terhadap penyakit dan stres lingkungan.

  • Bahan organik, yang memperbaiki struktur tanah dan mendukung aktivitas mikroorganisme tanah.

Menurut penelitian yang dimuat dalam Journal of Environmental Management (2019), pengaplikasian pupuk kandang secara teratur dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah hingga 20% dalam jangka waktu lima tahun, berbanding lurus dengan peningkatan produktivitas lahan (Li et al., 2019).


Jenis-Jenis Kotoran Ternak dan Manfaatnya

1. Kotoran Ayam

  • Kandungan nutrisi: Sangat tinggi nitrogen (sekitar 1,5-2,8%), serta fosfor dan kalium dalam jumlah signifikan.

  • Manfaat: Cocok untuk tanaman berdaun seperti bayam, kangkung, dan sawi karena mempercepat pertumbuhan vegetatif.

  • Kekurangan: Karena kandungan nitrogen yang tinggi, kotoran ayam segar dapat menyebabkan “pembakaran akar” atau daun layu. Oleh karena itu, perlu dikomposkan terlebih dahulu selama minimal 3-4 minggu sebelum digunakan.

Dalam studi oleh Agricultural Sciences in China (Zhang et al., 2017), kompos kotoran ayam menunjukkan peningkatan hasil panen tomat sebesar 25% dibanding kontrol tanpa pupuk.

2. Kotoran Babi

  • Kandungan nutrisi: Fosfor tinggi, nitrogen sedang, kalium rendah.

  • Manfaat: Sangat efektif untuk tanaman buah dan umbi-umbian seperti cabai, bawang, dan wortel karena merangsang pembentukan akar dan buah.

  • Catatan: Karena risiko kontaminasi patogen seperti E. coli dan Salmonella, kotoran babi harus melalui proses kompos panjang atau fermentasi anaerob tertutup.

FAO menyarankan untuk tidak menggunakan kotoran babi secara langsung pada tanaman konsumsi tanpa pengolahan khusus karena potensi zoonosis (FAO Animal Production and Health Guidelines, 2020).

3. Kotoran Domba/Kambing

  • Kandungan nutrisi: Seimbang (NPK masing-masing sekitar 0,7-1,0%).

  • Manfaat: Teksturnya kering dan mudah hancur, bagus untuk memperbaiki aerasi tanah dan meningkatkan kapasitas menahan air.

  • Catatan: Dapat digunakan langsung dalam jumlah sedang tanpa kompos, asalkan tidak berlebihan. Pilihan populer untuk pertanian organik di lahan kering.

Studi oleh Yuniarti et al. (2021) menunjukkan peningkatan produksi kacang tanah hingga 32% dengan pemberian pupuk kambing dibanding kontrol.

4. Kotoran Sapi

  • Kandungan nutrisi: Nitrogen rendah (~0,5%), tetapi tinggi bahan organik (~70% dari total massa kering).

  • Manfaat: Memperbaiki struktur tanah lempung berat, menambah kapasitas tukar kation (KTK), dan menstimulasi kehidupan mikroba tanah.

  • Kekurangan: Kurang cocok untuk pemupukan cepat karena efeknya lambat. Lebih tepat sebagai pupuk dasar atau untuk rehabilitasi tanah.

Menurut Balai Penelitian Tanah (2018), pemberian kotoran sapi sebanyak 20 ton/ha meningkatkan pH tanah asam dari 4,5 menjadi 5,8 dalam 6 bulan, sehingga cocok untuk lahan yang sebelumnya tidak produktif.


Memilih Kotoran Ternak yang Tepat

Pemilihan jenis pupuk kandang tergantung pada jenis tanaman, kondisi tanah, dan tujuan pertanian:

Tujuan PertanianJenis Kotoran yang Disarankan
Pertumbuhan daun cepatKotoran ayam
Pembentukan akar & buahKotoran babi
Perbaikan struktur tanahKotoran sapi
Pupuk seimbang untuk semua faseKotoran domba/kambing
Rehabilitasi tanah rusakKotoran sapi + bahan hijauan lain

Teknik Pengolahan Kotoran Ternak

1. Pengomposan Aerob

Merupakan metode terbuka menggunakan udara bebas, dilakukan dengan menumpuk kotoran dalam bentuk gundukan atau windrow. Kompos akan matang dalam 3–4 minggu, ditandai dengan bau netral dan warna cokelat gelap. Proses ini menurunkan kadar patogen dan menstabilkan nutrisi.

2. Fermentasi Anaerob

Biasa disebut metode bokashi, menggunakan EM4 atau MOL (Mikroorganisme Lokal) dalam kondisi tertutup tanpa oksigen. Cocok untuk peternak skala kecil karena lebih cepat (7–14 hari), mengurangi bau, dan menghasilkan pupuk lebih kaya mikroba.

Menurut jurnal Soil & Tillage Research (2020), fermentasi bokashi dari kotoran ayam menghasilkan konsentrasi mikroba bermanfaat 30% lebih tinggi dibanding kompos konvensional (Kim et al., 2020).


Waktu dan Cara Aplikasi

Waktu Aplikasi

  • Pra tanam: Ideal untuk pupuk dasar agar nutrisi sempat menyatu dengan tanah.

  • Musim tanam: Kompos matang atau bokashi bisa digunakan sebagai pupuk susulan.

  • Pasca panen: Untuk memperbaiki struktur tanah musim berikutnya.

Cara Aplikasi

  • Tabur langsung di permukaan (untuk lahan luas).

  • Campur dalam lubang tanam (untuk tanaman sayur dan buah).

  • Dicairkan sebagai pupuk organik cair (POC) setelah difermentasi dengan air.


Tantangan dan Solusi

  1. Bau Tidak Sedap

    • Solusi: Komposkan secara benar, tambahkan bahan karbon tinggi (jerami, sekam).

  2. Penyebaran patogen

    • Solusi: Hindari penggunaan kotoran segar, pastikan proses fermentasi matang.

  3. Ketidakseimbangan nutrisi

    • Solusi: Campur berbagai jenis kotoran atau tambahkan abu sekam/kapur dolomit sesuai kebutuhan.


Penutup: Menuju Pertanian Berkelanjutan

Kotoran ternak bukan hanya limbah peternakan, melainkan aset penting dalam ekosistem pertanian terpadu. Penggunaan pupuk kandang yang tepat membantu menciptakan sistem pertanian yang ramah lingkungan, ekonomis, dan berkelanjutan.

Dalam skema pertanian terpadu (integrated farming), kotoran ternak bahkan bisa menjadi penghubung antara peternakan, tanaman pangan, dan perikanan melalui konsep zero waste. Oleh karena itu, petani dan peternak perlu terus belajar teknik pengomposan dan penggunaan pupuk kandang secara efisien agar hasil pertanian maksimal, biaya minimal, dan lingkungan tetap lestari.


Daftar Pustaka

  1. Li, X., Zhang, W., & Zhou, J. (2019). Effects of manure application on soil organic carbon and crop productivity. Journal of Environmental Management, 240, 293–299.

  2. Zhang, Y. et al. (2017). Chicken manure compost effects on tomato yield. Agricultural Sciences in China, 16(4), 555–561.

  3. FAO. (2020). Animal Production and Health Guidelines: Animal Waste and Environmental Impacts. Rome: Food and Agriculture Organization.

  4. Yuniarti, L., et al. (2021). Efektivitas Pupuk Kandang Kambing terhadap Tanaman Kacang Tanah. Jurnal Agroindustri dan Lingkungan, 13(2), 88–95.

  5. Balai Penelitian Tanah. (2018). Pengaruh Pupuk Kandang terhadap Perbaikan Tanah Masam. Laporan Penelitian Tanah Nasional.

  6. Kim, S. H., et al. (2020). Bokashi composting enhances microbial biomass. Soil & Tillage Research, 196, 104428.

Anda dapat mengunduhnya melalui tautan berikut:

๐Ÿ“„ Unduh Kotoran_Ternak_sebagai_Pupuk.pdf


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mana yang Lebih Unggul: Pupuk Kandang dari Ayam, Sapi, atau Kambing?

Pembenah Tanah Alami: Inovasi Ramah Lingkungan untuk Kesuburan Lahan Pertanian

๐ŸŒฑ Resep Larutan Penyubur Tanah Alami: Nutrisi Organik & Mikroba Pengurai Superaktif